Bupati Gresik, Sambari Halim Radianto memulai panen raya padi di desa Bangeran-Dukun Gresik, Selasa (5/7).
Pada panen raya kali ini merupakan ujicoba produksi dari pengembangan tanaman padi varietas baru yang diberi nama inbrida padi sawah irigasi (inpari). Padi Varietas baru inpari 1,4,5,6,7,10 dan 13 merupakan pengembangan padi non hybrida jenis baru hasil rekayasa genetic oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur dengan Dinas Pertanian Gresik.
Setelah di ujicoba di lahan pertanian di desa Bangeran-Dukun, padi jenis inpari ini mampu menghasilkan panen sebesar7,334 ton/ha gabah kering panen (GKP) atau 6,242 ton/ha gabah kering giling (GKG). Dibandingkan dengan IR 64 yang ditanam pada lahan dan perlakuan yang sama, IR 64 hanya mampu menghasilkan 5,530 ton/ha GKP atau 4,737 GKG.
Dalam sambutannya Bupati Gresik meminta agar ujicoba ini tidak hanya dilakukan dalam sekali tanam di satu tempat, tapi harus dilakukan dalam 2 kali atau 3 kali tanam dengan cakupan lahan yang lebih luas. Agar padi jenis ini betul-betul diketahui keunggulannya.
Bupati juga berharap kepada BPTP agar lebih meneliti lagi kemungkinan untuk menjadikan lahan yang selama ini bukan lahan padi untuk bisa ditanami padi. Sehingga areal padi bisa semakin luas dan produksi semakin melimpah. “kalau perlu BPTP meneliti bila memungkinkan padi jenis gogo bisa ditanam di areal bukan lahan padi” ujar Bupati berharap.
Kepala Dinas Pertanian, Agus Joko Waluyo dalam pesannya kepada para petani agar petani tidak secara terus menerus menanam padi, tapi harus diselingi dengan polowijo dan tanaman lain. Mewabahnya wereng pada musim tanam lalu karena cuaca yang terus basah, sehingga petani terus menanam padi tanpa sela. Dengan demikian populasi hama wereng semakin tinggi. “untuk memutus mata rantai perkembangan hama, sebaiknya petani tidak terus-menerus menanam padi” ujarnya.
Tentang keunggulan produksi padi jenis baru, inpari ini diakui oleh ketua kelompok tani desa Bangeran, Mohammad Habib, katanya, padi ini lebih tahan hama, buktinya lahan kami tidak diserang disbanding padi jenis lain milik tetangga kami. Di lahan desa Bangeran ini yang paling cocok adalah varietas Inpari 10. “dibanding IR 64, inpari 10 ini mempunyai selisih keuntungan sekitar Rp. 5.600.000/ha”. Ujar Habib yang hanya melihat keuntungan dari sisi ekonomi .
Acara panen raya kali ini dihadiri oleh Kepala Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur, Dr. Sudarmadi, Kabid Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Jawa Timur, Nur Falakhi , Camat dari Eks Pembantu Bupati Sidayu dan para petani setempat. (sdm)
Pada panen raya kali ini merupakan ujicoba produksi dari pengembangan tanaman padi varietas baru yang diberi nama inbrida padi sawah irigasi (inpari). Padi Varietas baru inpari 1,4,5,6,7,10 dan 13 merupakan pengembangan padi non hybrida jenis baru hasil rekayasa genetic oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur dengan Dinas Pertanian Gresik.
Setelah di ujicoba di lahan pertanian di desa Bangeran-Dukun, padi jenis inpari ini mampu menghasilkan panen sebesar7,334 ton/ha gabah kering panen (GKP) atau 6,242 ton/ha gabah kering giling (GKG). Dibandingkan dengan IR 64 yang ditanam pada lahan dan perlakuan yang sama, IR 64 hanya mampu menghasilkan 5,530 ton/ha GKP atau 4,737 GKG.
Dalam sambutannya Bupati Gresik meminta agar ujicoba ini tidak hanya dilakukan dalam sekali tanam di satu tempat, tapi harus dilakukan dalam 2 kali atau 3 kali tanam dengan cakupan lahan yang lebih luas. Agar padi jenis ini betul-betul diketahui keunggulannya.
Bupati juga berharap kepada BPTP agar lebih meneliti lagi kemungkinan untuk menjadikan lahan yang selama ini bukan lahan padi untuk bisa ditanami padi. Sehingga areal padi bisa semakin luas dan produksi semakin melimpah. “kalau perlu BPTP meneliti bila memungkinkan padi jenis gogo bisa ditanam di areal bukan lahan padi” ujar Bupati berharap.
Kepala Dinas Pertanian, Agus Joko Waluyo dalam pesannya kepada para petani agar petani tidak secara terus menerus menanam padi, tapi harus diselingi dengan polowijo dan tanaman lain. Mewabahnya wereng pada musim tanam lalu karena cuaca yang terus basah, sehingga petani terus menanam padi tanpa sela. Dengan demikian populasi hama wereng semakin tinggi. “untuk memutus mata rantai perkembangan hama, sebaiknya petani tidak terus-menerus menanam padi” ujarnya.
Tentang keunggulan produksi padi jenis baru, inpari ini diakui oleh ketua kelompok tani desa Bangeran, Mohammad Habib, katanya, padi ini lebih tahan hama, buktinya lahan kami tidak diserang disbanding padi jenis lain milik tetangga kami. Di lahan desa Bangeran ini yang paling cocok adalah varietas Inpari 10. “dibanding IR 64, inpari 10 ini mempunyai selisih keuntungan sekitar Rp. 5.600.000/ha”. Ujar Habib yang hanya melihat keuntungan dari sisi ekonomi .
Acara panen raya kali ini dihadiri oleh Kepala Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur, Dr. Sudarmadi, Kabid Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Jawa Timur, Nur Falakhi , Camat dari Eks Pembantu Bupati Sidayu dan para petani setempat. (sdm)
0 komentar